#CeritaFiksi

Dipeluk Debu


       Seteguk cokelat dingin mampu melempar saya jauh ke suasana hangat sepuluh tahun lalu. Di luasnya halaman belakang rumah, ketika daun pohon apel bersiap untuk fotosintesis, terciptalah momentum karamel. Menembang dengan kakek. "Kau tahu? Apa wahyu pertama yang diturunkan Allah untuk Nabi Muhammad?" Saya berhenti menggumam lagu Balonku. Pertanyaan kakek seolah olah menyeru punggung saya yang nyaris dingin karena berlama lama di lantai, untuk duduk. Saya menatapnya, dan menggeleng manja. Tawa kecil kakek mengalahkan kicauan burung dalam sangkar. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan" Saya masih terdiam tak mengerti. Suara dan tatapan kakek berubah serius. "Bacalah!" Kakek berteriak kearah ibu yang saat itu sedang menjemur pakaian. Saya tersenyum geli. Kakek 'ber-acting' layaknya Shah Rukh Khan di film Om Shanti Om.

        "Bacalah" Kali ini kakek menghadap padaku. Saya yakin, itu perintah seruis. "Maka kau akan tahu segalanya." Kakek mengulurkan tangannya yang memegangi kotak warna biru dan meletakkannya di atas telapak tangan saya. "Selamat melangkah." Kakek tersenyum. Saya tak yakin apa maksud sebenarnya, mungkin yang kakek maksud adalah ucapan selamat ulang tahun yang satu tahun lagi jadi dasawarsa pertama saya. Tangannya yang lembut beberapa kali mengelus rambut saya. Setelah sekian lama terdiam, saya keluarkan suara tanpa jakun. Melengking bagai kuda lepas kendali. "Terima kasih, kakekku tercinta." Saya memeluknya. "Terbanglah, tuntut ilmu setinggi tingginya. Kakek akan bangga padamu." Senandung kakek tadi buat saya jadi haus.

        Seteguk lagi cokelat dingin ini meluncur penuh drama membasahi tenggorokan. Saya dibawa kembali. Dalam suasana hiruk dan pikuknya dunia. Bukan masa lalu. Bukan masa depan. Gemerlap semesta membuat orang orang lalai. Ganas. Buas. Liar. Sengatan matahari membuat saya ingin selalu meneguknya. Aroma mawar tak sewangi dulu. Nampaknya angin juga enggan singgah lagi. Saya tersenyum. Ingat sesuatu. Kotak biru pemberian kakek sepuluh tahun lalu sudah pudar dipeluk debu. Sudah tak jadi biru. Benar. Kotak itu telah sepenuh hati melaksanakan tugasnya. Melindungi apa yang ada didalamnya. Ilmu. 

        Maka bacalah, apapun itu. Buat angin segar kembali menari dengan leluasa. Dengan ilmu. 

Komentar

Postingan Populer